Setiap hari, ribuan penelitian baru dipublikasikan di berbagai jurnal ilmiah bereputasi tinggi, menambah khazanah pengetahuan manusia tentang alam semesta, masyarakat, dan diri kita sendiri. Namun, di balik kemajuan yang menggembirakan ini, tersembunyi sebuah paradoks yang memprihatinkan: semakin banyak pengetahuan yang dihasilkan, semakin lebar pula jurang yang memisahkan pengetahuan antara para ilmuwan dengan masyarakat umum.
Produksi pengetahuan ilmiah modern telah menciptakan realitas sebuah sistem yang sangat tersegmentasi. Di satu sisi, terdapat dunia akademik yang eksklusif, di mana para peneliti berkomunikasi menggunakan bahasa teknis yang rumit, mempublikasikan temuan mereka di jurnal-jurnal bergengsi yang seringkali terkunci di balik tembok biaya yang mahal. Akses terhadap pengetahuan ini seringkali terbatas hanya pada institusi-institusi pendidikan besar dan para akademisi yang memiliki privilege. Di sisi lain, terdapat masyarakat luas yang sama sekali tidak tersentuh oleh temuan-temuan penting ini, bukan hanya karena kesulitan akses, tetapi juga karena ketidakmampuan memahami bahasa teknis yang digunakan.
Situasi ini menciptakan sebuah ironi besar dalam masyarakat pengetahuan. Padahal, banyak penelitian yang sebenarnya sangat relevan dengan kehidupan sehari-hari masyarakat, mulai dari psikologi, kesehatan, hingga pemahaman tentang politik, sosial, dan ekonomi. Namun karena hambatan bahasa dan akses ini, pengetahuan tersebut tidak pernah sampai ke tangan mereka yang paling membutuhkan.
Sementara itu, di ruang digital yang justru mudah diakses semua orang, terjadi banjir informasi yang sangat berbeda sifatnya. Media sosial dipenuhi dengan konten-konten yang mengklaim diri sebagai “pengetahuan” tetapi sama sekali tidak melalui proses verifikasi ilmiah. Fenomena post-truth, di mana kebenaran objektif menjadi kurang berpengaruh dibandingkan daya tarik emosional suatu narasi, semakin memperparah keadaan.
Klaim-klaim bombastis seperti “Amalkan bacaan doa ini, maka Anda akan kaya raya!” atau “Teknik penyembuhan melalui energi jarak jauh” menyebar dengan cepat, memanfaatkan ketidaktahuan masyarakat dan hasrat akan solusi instan.
Kondisi ini sangat memprihatinkan, terutama di Indonesia yang secara historis memiliki tradisi pemikiran yang seringkali lebih mengedepankan logika mistis daripada rasionalitas ilmiah. Seperti yang telah dikritik oleh Tan Malaka dalam “Madilog” (Materialisme, Dialektika, Logika), masyarakat kita telah terlalu lama terjebak dalam cara berpikir yang irasional yang menghambat kemajuan bangsa.
Ironisnya, di era digital ini, bukannya berkurang, cara berpikir mistis justru menemukan bentuk-bentuk baru yang lebih berbahaya, sekarang dibungkus dengan terminologi pseudo-ilmiah seperti “transfer energi”, “frekuensi quantum”, atau “hukum tarik-menarik” yang terdengar ilmiah tetapi tidak memiliki dasar ilmiah yang kuat.
Insight by Research muncul sebagai respons terhadap kondisi yang memprihatinkan ini. Kami percaya bahwa ilmu pengetahuan seharusnya bukan hanya menjadi milik elite intelektual, tetapi harus menjadi alat pemberdayaan bagi seluruh masyarakat. Media ini berkomitmen untuk menjadi jembatan yang menghubungkan menara gading akademisi dengan realitas kehidupan masyarakat sehari-hari.
Dengan tetap menjaga integritas ilmiah, kami menerjemahkan temuan-temuan penelitian dan data-data penting menjadi konten yang dapat dinikmati semua orang, terutama melalui sarana media sosial.
Lebih dari sekadar menyajikan informasi, Insight by Research bertujuan untuk membangun cara berpikir ilmiah di kalangan masyarakat luas. Cara berpikir yang dicirikan oleh skeptisisme sehat, penghargaan terhadap bukti, dan kesediaan untuk mengubah keyakinan ketika dihadapkan pada bukti baru. Dengan pendekatan ini, kami berharap dapat membantu masyarakat membangun “imunitas kognitif” terhadap berbagai bentuk pseudosains yang semakin merajalela.
Kami menyadari bahwa tantangan yang dihadapi tidak kecil. Di satu sisi, ada godaan untuk menyederhanakan terlalu jauh sehingga kehilangan nuansa ilmiah. Di sisi lain, ada risiko dianggap “merendahkan” kepercayaan yang sudah mengakar kuat dalam masyarakat. Namun, kami percaya bahwa dengan pendekatan yang tepat, yang menghargai kecerdasan pembaca sambil tetap menjaga kerendahan hati intelektual, misi ini dapat diwujudkan.
Upaya ini bukan sekadar tentang menyampaikan fakta-fakta ilmiah, tetapi lebih mendasar lagi: tentang membangun budaya berpikir terbuka dan kritis dalam masyarakat.
Pada akhirnya, Insight by Research tidak hanya ingin menyebarkan pengetahuan, tetapi ingin berkontribusi dalam menciptakan masyarakat yang lebih rasional, lebih kritis, dan lebih kebal terhadap berbagai bentuk manipulasi informasi. Karena hanya dengan cara berpikir ilmiah, yang apa adanya dan realistis, masyarakat dapat benar-benar merdeka dalam menentukan pilihan hidupnya dari belenggu pemikiran magis atau yang tidak berdasar.